Translate

Kamis, 24 Mei 2012

Sendiri Menyapa Rembulan

Yaa ALLAH
HidUp seNdiri meRenuNgi keHampaAn,
MemAndaNg LanGit beRcahAya buLan pUrnaMa,
ResAh tiAda hEnTi meNgeLiLingi rUanG hAti,
TuhAn bEri aku jaLan keBebAsaN,
UntUk meNujU RidhA_Mu,
BeRsamA orAnG yaNg Aku kAsiHi,
Yaa ALLAH

Sendiri ku menatapi Kegelisahan
Dengan terus menaiki Tiang kehidupan
Tak beranjak Dari sela-sela permasalahan
Ingin ku meneteskan perasaan yang pilu ini
Tapi ku tak punya duri untuk menusukkannya
Menatap indahnya malam yang di selimuti cahaya Rembulan
Merindukan seseorang yang bisa mengerti kehidupan yang kelam
Akan kah ini semua berakhir dengan tetesan air mata
Termenung dalam semua kegelisahan yang ada
Berdesir kata dalam hati
Inikah jalan takdir yang harus ku jalani

Yaa ALLAH
Tunjukanlah Jalan untuk menuju Ridha Mu
Bersama orang yang bisa Membimbingku
Untuk mencari Cinta yang hakiki
Agar Ku tak kan S’lalu Sendiri
Menatapi Ruang Hampa Kehidupan
Betapa Indahnya
Jika ada yang mencintaiku
Seperti dia mencintai MU dengan Sejuta ketulusan hatinya
Karna Aku ingin Di cintai Karena Mu Yaa ALLAHU RABBI…

JUM’AT : HAKIKAT, KEUTAMAAN DAN SYARI’AT

Jum'at 25 mey 2012

HAKIKAT JUM’AT
Kata (الْجُمُْعَة) dalam bahasa Arab berasal dari kata (جَمَعَ الشَّيْءَ) yang berarti mengumpulkan sesuatu yang terpisah menjadi satu. Dan kata (الْجَمْعُ) bisa bermakna jama’ah, yakni kumpulan manusia. Dan Muzdalifah disebut (الْجَمْعُ) karena manusia (orang-orang yang berhaji) berkumpul di tempat tersebut. Demikian pula hari dikumpulkannya manusia pada hari kiamat disebut (يَوْم الْجَمْعِ).

Semua yang berasal dari kata ini, kembali kepada makna “mengumpulkan” atau “berkumpul”. Dan hari Jum’at –yang sebelumnya oleh orang-orang Arab disebut ‘Arubah- dinamakan (الْجُمُعَة) karena manusia (kaum muslimin) berkumpul untuk menunaikan shalat Jum’at. Kata (الْجُمُعَةُ) juga sering digunakan untuk mengungkapkan kata shalat yang dilakukan pada hari Jum’at (waktu Dhuhur).[1]

Yang dimaksud dengan Jum’at di sini, yaitu nama salah satu hari dari tujuh hari dalam satu pekan yang berada antara hari Kamis dan hari Sabtu. Hari Jum’at ini adalah hari yang agung dan termulia diantara hari-hari lain. Pada hari itu terdapat keistimewaan dan keutamaan serta keterkaitan dengan sebagian hukum-hukum dan adab-adab syari’at sebagaimana akan dijelaskan berikut ini.

KEUTAMAAN HARI JUM’AT
Hari Jum’at memiliki beberapa keutamaan sebagaimana tertuang dalam beberapa hadits Nabi, diantaranya:

Pertama. Hari Jum’at adalah hari yang paling utama diantara hari-hari lainnya.

Kedua. Nabi Adam Alaihissalamdiciptakan pada hari Jum’at dan pada hari ini pula diwafatkan. Pada hari ini ia dimasukkan ke dalam surga dan pada hari ini pula dikeluarkan dari surga.

Ketiga. Hari kiamat akan terjadi pada hari Jum’at.[3]
Abu Hurairah Radhiyalahu 'anhu meriwayatkan, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ، فِيْهِ خُلِقَ آدَمُ، وَفِيْهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ، وَفِيْهِ أُخْرِجَ مِنْهَا، وَلاَ تَقَوْمُ السَّاعَةُ إِلاَّ فِي يَوْمِ الْجُمُعَة .

"Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya adalah hari Jum’at; pada hari ini Adam q diciptakan, pada hari ini (Adam Alaihissalam) dimasukkan ke dalam surga, dan pada hari ini pula ia dikeluarkan dari surga. Dan tidaklah kiamat akan terjadi kecuali pada hari ini.[HR Muslim, no. 854]

Dalam riwayat Aus bin Aus Radhiyallahu 'anhu dengan lafal:

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمُ الْجُمُعَةِ، فِيْهِ خُلِقَ آدَمُ، وَفِيْهِ قُبِضَ، وَفِيْهِ النَّفْخَةُ، وَفِيْهِ الصَّعِقَةُ .......

"Sesungguhnya seutama-utama hari kalian adalah hari Jum’at ; pada hari ini Adam Alaihissalam diciptakan, pada hari ini pula ia dimatikan, pada hari ini ditiupkan sangkakala (tanda kiamat), dan pada hari ini pula hari kebangkitan"[4]

Keempat. Hari Jum’at merupakan keistimewaan dan hidayah yang Allah berikan kepada umat Islam yang tidak diberikan kepada umat-umat lain sebelumnya.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

نَحْنُ اْلآخِرُوْنَ اْلأَوَّلُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَنَحْنُ أَوَّلُ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ بَيْدَ أَنَّهُمْ أُوْتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِنَا وَأُوْتِيْنَاهُ مِنْ بَعْدِهِمْ فَاخْتَلَفُوْا فَهَدَانَا اللهُ لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ، فَهَذَا يَوْمُهُمُ الَّذِيْ اخْتَلَفُوْا فِيْهِ هَدَانَا اللهُ لَهُ –قَالَ: يَوْمُ الْجُمْعَةِ-، فَالْيَوْمُ لَنَا وَغَداً لِلْيَهُوْدِ وَبَعْدَ غَدٍ لِلنَّصَارَى.

"Kita adalah umat yang datang terakhir tapi paling awal datang pada hari kiamat, dan kita yang pertama kali masuk surga, cuma mereka diberi Kitab sebelum kita sedangkan kita diberi Kitab setelah mereka. Kemudian mereka berselisih, lalu Allah memberi kita hidayah terhadap apa yang mereka perselisihkan. Inilah hari yang mereka perselisihkan, dan Allah berikan hidayah berupa hari ini kepada kita (Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebut hari Jum’at). Maka hari (Jum’at) ini untuk kita (umat Islam), besok (Sabtu) untuk umat Yahudi dan lusa (Ahad) untuk umat Nasrani".[HR Muslim, no. 855]

Dalam riwayat lain dari Hudzaifah Radhiyallahu 'anhu dengan lafadz:

أَضَلَّ اللهُ عَنِ الْجُمُعَةِ مَنْ كَانَ قَبْلَنَا، فَكَانَ لِلْيَهُوْدِ يَوْمُ السَّبْتِ وَكَانَ لِلنَّصَارَى يَوْمُ اْلأَحَدِ، فَجَاءَ اللهُ بِنَا فَهَدَانَا اللهُ لِيَوْمِ الْجُمُعَةِ فَجَعَلَ الْجُمُعَةَ وَالسَّبْتَ وَاْلأَحَدَ، وَكَذَلِكَ هُمْ تَبَعٌ لَنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، نَحْنُ اْلآخِرُوْنَ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا وَاْلأَوَّلُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمَقْضِيَّ لَهُمْ قَبْلَ الْخَلاَئِقِ.

Allah telah menyesatkan orang-orang sebelum kita dari hari Jum’at, maka umat Yahudi memperoleh hari Sabtu, umat Nasrani memperoleh hari Ahad. Lalu Allah mendatangkan kita dan memberi kita hidayah untuk memperoleh hari Jum’at. Maka Allah menjadikan hari Jum’at, Sabtu dan Ahad, dan mereka (umat sebelum kita) berada di belakang kita pada hari kiamat. Kita datang paling akhir di dunia, tetapi paling awal datang di hari kiamat yang telah ditetapkan untuk mereka sebelum diciptakan seluruh makhluk" [HR Muslim, no. 856]

Kelima. Pada hari Jum’at ini terdapat saat-saat terkabulnya do’a, terutama pada akhir-akhir siangnya setelah Ashar.

Berdasarkan riwayat dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

إِنَّ فِي الْجُمُعَةِ لَسَاعَةً لاَ يُوَافِقُهَا مُسْلِمٌ قَائِمٌ يُصَلِّيْ يَسْأَلُ اللهَ خَيْراً إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ، قَالَ: وَهِيَ سَاعَةٌ خَفِيْفَةٌ.

“Sesungguhnya pada hari Jum’at ada saat-saat, yaitu seorang muslim tidaklah ia berdiri shalat dan meminta kebaikan kepada Allah, melainkan Allah akan memberinya.” Lalu Beliau berkata,”Dan saat-saat tersebut adalah saat yang singkat.” [HR Muslim, no. 852]

Dalam riwayat Jabir Radhiyallahu 'anhu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لاَ يُوْجَدُ فِيْهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ شَيْئاً إِلاَّ آتَاهُ إِيَّاهُ، فَالْتَمِسُوْهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ.

"(Siang) hari Jum’at itu dua belas jam. Tidaklah didapati seorang hamba muslim pada saat-saat ini meminta sesuatu kepada Allah, melainkan Allah akan memberinya. Maka carilah pada akahir saat-saat tersebut setelah Ashar" [5].

PERKARA-PERKARA YANG DISYARI’ATKAN PADA HARI JUM’AT
Hari Jum’at, disamping memiliki keutamaan sebagaimana telah disebutkan di atas, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menetapkan syari’at khusus untuk hari ini, yaitu;

Pertama : Shalat Jum’at.
Mengenai shalat Jum’at ini akan dikupas beberapa hal berikut ini.
a). Kewajiban menunaikan shalat Jum’at.
Hal itu berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسَعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ.

"Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual-beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui" [Al Jumu’ah: 9]

Kewajiban ini bersifat fardhu ‘ain atas setiap muslim secara berjama’ah, kecuali lima golongan yaitu: hamba sahaya, wanita, anak kecil (yang belum baligh), orang sakit dan musafir. Hal ini berdasarkan beberapa riwayat berikut.

Dari Thariq bin Syihab dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

الْجُمْعَةُ حَقٌّ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ فِيْ جَمَاعَةٍ إِلاَّ أَرْبَعَةٌ: عَبْدٌ مَمْلُوْكٌ، أَوِ امْرَأَةٌ، أَوْ صَبِيٌّ، أَوْ مَرِيْضٌ.

"(Shalat) Jum’at itu adalah wajib atas setiap muslim secara berjama’ah, kecuali empat (golongan) yaitu: hamba sahaya, wanita, anak kecil (yang belum baligh) atau orang sakit" [6]

Dari Ibnu Umar dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ عَلَى الْمُسَافِرِ جُمْعَةٌ

"Tidak ada kewajiban atas musafir (untuk menunaikan) shalat Jum’at" [HR Ad-Daruquthni.II/4]

b). Keutamaan menunaikan shalat Jum’at.
Tidaklah syari’at memerintahkan suatu perkara, melainkan diiringi dengan janji berupa balasan kebaikan, keutamaan dan pahala sebagai pendorong bagi orang-orang yang mau menunaikan perintah tersebut. Diantaranya, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَنِ اغْتَسَلَ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَصَلَّى مَا قُدِرَ لَهُ ثُمَّ أَنْصَتَ حَتَّى يَخْلُوَ مِنْ خُطْبَتِهِ ثُمَّ يُصَلِّي مَعَهُ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ اْلأُخْرَى وَفَضْلُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ.

"Barangsiapa mandi (wajib) kemudian mendatangi (shalat) Jum’at, lalu ia shalat –sunnat- (sebelum imam datang) sekuat kemampuannya, kemudian diam seksama (mendengarkan imam berkhuthbah) sampai selesai dari khuthbahnya, lalu shalat bersamanya, maka akan diampuni (dosanya) antara Jum’at tersebut dengan Jum’at lainnya (sebelumnya) ditambah tiga hari". [HR Muslim, no. 857]

Dalam hadits yang lain Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ.

"(Antara) shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at dan Ramadhan ke Ramadhan, terdapat penghapus dosa-dosa, selama tidak melanggar dosa-dosa besar." [HR Muslim, no. 233]

c). Ancaman terhadap orang yang meninggalkan shalat Jum’at.
Disamping menjelaskan tentang keutamaan menunaikan shalat Jum’at, syari’at juga menjelaskan ancaman terhadap orang-orang yang meninggalkan shalat Jum’at karena meremehkannya. Dalam hal ini terdapat beberapa hadits dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, diantaranya:

Sabda Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam,

لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ عَنْ وَدْعِهِمُ الْجُمُعَاتِ أَوْ لَيَخْتِمَنَّ اللهُ عَلَى قُلُوْبِهِمْ ثُمَّ لَيَكُوْنُنَّ مِن الْغَافِلِيْنَ.

"Sungguh hendaknya orang-orang itu berhenti dari meninggalkan shalat Jum’at atau (kalau tidak maka) Allah akan mengunci hati-hati mereka kemudian mereka akan menjadi orang-orang yang lalai."[ [HR Muslim, no. 856]

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ رَجُلاً يُصَلِّي بِالنَّاسِ ثُمَّ أَحْرَقَ عَلَى رِجَالٍ يَتَخَلَّفُوْنَ عَنِ الْجُمُعَةِ بُيُوْتَهُمْ.

"Sunguh saya bertekad untuk memerintahkan seseorang mengimami shalat bagi manusia, kemudian saya bakar rumah orang-orang yang meninggalkan (shalat) Jum’at." [HR Muslim, no. 652]

Sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam,

مَنْ تَرَكَ ثَلاَثَ جُمَعٍ تَهَاوُناً بِهَا طَبَعَ اللهُ عَلَى قَلْبِهِ.

"Barangsiapa meninggalkan shalat Jum’at sebanyak tiga kali karena meremehkannya, maka Allah akan mengunci hatinya." [7]

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,

مَنْ تَرَكَ ثَلاَثَ جُمُعَاتٍ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ كُتِبَ مِنَ الْمُنَافِقِيْنَ.

"Barangsiapa meninggalkan tiga kali shalat Jum’at tanpa udzur, maka dia tercatat sebagai golongan orang-orang munafik." [8]

d). Waktu pelaksanaannya.
Waktu pelaksanaannya adalah pada waktu Dhuhur, berdasarkan riwayat dari Anas Radhiyallahu 'anhu,

أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يُصَلِّي الْجُمُعَةَ حِيْنَ تَمِيْلُ الشَّمْسُ.

"Bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menunaikan shalat Jum’at ketika matahari tergelincir (yakni masuk waktu Dhuhur)." [HR Al-Bukhari, no. 862]

Sebagian ulama membolehkan pelaksanaannya –beberapa saat- sebelum masuk waktu Dhuhur (sebelum matahari benar-benar tergelincir). Mereka berdalil dengan riwayat dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu 'anhu ketika ia ditanya, “Kapan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menunaikan shalat Jum’at?” Dia menjawab,”(Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam) pernah menunaikan shalat Jum’at, kemudian (selesai shalat) kami pergi menuju unta-unta kami untuk mengistirahatkannya ketika matahari tergelincir." [HR Muslim, no. 858] (Berarti Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah shalat Jum’at sebelum matahari tergelincir).

Kedua. Khuthbah Jum’at.
a). Hukumnya.
Khutbah Jum’at hukumnya wajib, karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkannya, dan berdasarkan keumuman sabda Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam,

صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّيْ.

"Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat." [HR Al-Bukhari, no. 605]

Khuthbah Jum’at ini termasuk dalam rangkaian pelaksanaan shalat Jum’at yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam melakukannya sebelum shalat.

ADAB-ADAB HARI JUM’AT
Adab-adab hari Jum’at ini meliputi adab-adab hari Jum’at secara umum maupun yang bersifat khusus terkait dengan shalat dan khuthbah pada hari ini, diantaranya:

Pertama : Mandi wajib (sebagaimana mandi junub).
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْتِيَ الْجُمُعَةَ فَلْيَغْتَسِلْ.

"Jika seorang dari kalian ingin mendatangi (shalat) Jum’at, maka hendaklah dia mandi." [9]

الْغُسْلُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ.

"Mandi hari Jum’at itu wajib atas setiap orang yang baligh." [10]

Sebagian ulama mewajibkan mandi Jum’at ini berdalil, diantaranya berdasarkan dengan dua hadits di atas. Dan sebagian berpendapat, bahwa mandi Jum’at adalah sunnah muakkadah, tidak wajib, berdalil dengan kisah Utsman bin Affan dengan Umar Radhiyallahu 'anhu sebagaimana diceritakan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu,

بَيْنَمَا عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ يَخْطُبُ النَّاسَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ إِذْ دَخَلَ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانٍ فَعَرَضَ بِهِ عُمَرُ، فَقَالَ: مَا بَالُ رِجَالٍ يَتَأَخَّرُوْنَ بَعْدَ النِّدَاءِ؟! فَقَالَ عُثْمَانُ: يَا أَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ، مَا زِدْتُ حِيْنَ سَمِعْتُ النِّدَاءَ أَنْ تَوَضَّأْتُ ثُمَّ أَقْبَلْتُ، فَقَالَ عُمَرُ: وَالْوُضُوْءُ أَيْضاً، أَلَمْ تَسْمَعُوْا رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ: إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ إِلَى الْجُمُعَةِ فَلْيَغْتَسِلْ.

"Ketika Umar bin Al Khaththab Radhiyallahu 'anhu berkhuthbah di hadapan manusia pada hari Jum’at, seketika Utsman bin Affan masuk (masjid), karena itu Umar Radhiyallahu 'anhu kemudian berkata,”Apakah gerangan yang menyebabkan orang-orang terlambat (datang) setelah panggilan (adzan)?” Utsman Radhiyallahu 'anhu menjawab,”Wahai, Amirul Mukminin. Aku tidak lebih sedang berwudhu ketika aku mendengar panggilan (adzan), kemudian saya datang.” Umar berkata,”Cuma berwudhu? Tidakkah engkau mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,’Jika salah seorang dari kalian mendatangi (shalat) Jum’at, maka hendaklah dia mandi?’.”[HR Muslim, no. 845]

Pada kisah tersebut Umar Radhiyallahu 'anhu, tidak kemudian menyuruh Utsman Radhiyallahu 'anhu mandi, tetapi membiarkannya dalam keadaannya, dan ini menunjukkan bahwa perintah dalam hadits-hadits di atas hanyalah bersifat anjuran. Namun yang lebih selamat bagi kita, hendaknya kita mandi. Dengan demikian kita telah keluar dari perselisihan. Wallahu a’lam. Dan bagi wanita yang ingin ikut hadir dalam shalat Jum’at, juga dianjurkan untuk mandi, tetapi tidak memakai wewangian ketika keluar menuju masjid.

Kedua : Memakai wewangian dan pakaian terbagus yang dimiliki.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ وَيُدَهِّنُ مِنْ دُهْنِهِ أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيْبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ فَلاَ يَفْرُقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ثُمَّ يُصَلِّي مَا كُتِبَ لَهُ ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ اْلإِمَامُ إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ اْلأُخْرَى.

"Tidaklah seseorang mandi dan bersuci semampunya pada hari Jum’at, dan menggosok (badannya) dengan minyak (zaitun atau semisalnya) atau memakai wewangian dari rumahnya, kemudian keluar (menuju masjid) dan tidak memisahkan antara dua orang (melangkahi orang-orang yang sedang duduk), kemudian mengerjakan shalat sesuai kesanggupannya [11], kemudian diam seksama bila imam berkhuthbah, melainkan akan diampuni dosanya antara hari Jum’at tersebut dengan Jum’at yang lain (sebelumnya)."[HR Al-Bukhari, no. 843]

Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,

مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلَبِسَ مِنْ أَحْسَنِ ثِيَابِهِ وَمَسَّ مِنْ طِيْبٍ إِنْ كَانَ عِنْدَهُ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَلَمْ يَتَخَطَّ أَعْنَاقَ النَّاسَ ثُمَّ صَلَّى مَا كَتَبَ اللهُ لَهُ ثُمَّ أَنْصَتَ إِذَا خَرَجَ إِمَامُهُ حَتَّى يَخْلُوَ مِنْ صَلاَتِهِ كَانَتْ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهَا وَبَيْنَ الْجُمْعَةِ الَّتِيْ قَبْلَهَا.

"Barangsiapa mandi pada hari Jum’at, memakai pakaiannya yang terbagus dan memakai wewangian jika punya, kemudian mendatangi (shalat) Jum’at tanpa melangkahi orang-orang (yang sedang duduk), kemudian shalat (sunnah mutlak) sekuat kemampuan (yang Allah berikan padanya), kemudian diam seksama apabila imamnya datang (untuk berkhuthbah) sampai selesai shalatnya, maka itu menjadi penghapus dosa-dosa antara hari Jum’at tersebut dengan Jum’at yang sebelumnya." [12]

Ketiga : Menyegerakan diri datang ke masjid sebelum tiba waktu shalat.

مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةَ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشاً أَقْرَنَ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً، فَإِذَا خَرَجَ اْلإِمَامُ حَضَرَتِ الْمَلاَئِكَةُ يَسْتَمِعُوْنَ الذِّكْرَ.

"Barangsiapa mandi pada hari jum’at seperti mandi junub kemudian bersegera (menuju masjid), maka seolah-olah berkurban dengan seekor unta; barangsiapa datang pada saat kedua, maka seolah-olah berkurban dengan seekor sapi; barangsiapa yang datang pada saat ketiga, maka seolah-olah berkurban dengan domba jantan (yang bertanduk besar); barangsiapa datang pada saat keempat, maka seolah-olah berkurban dengan seekor ayam; dan barangsiapa datang pada saat kelima, maka seolah-olah berkurban dengan sebutir telur; kemudian jika imam datang para malaikat hadir untuk mendengarkan peringatan (khutbah).”{HR Al-Bukhari, no. 841 ; Muslim, no. 850]

Dalam riwayat lain Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا كَانَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ كَانَ عَلَى كُلِّ بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْمَسْجِدِ مَلاَئِكَةٌ يَكْتُبُوْنَ اْلأَوَّلَ فَاْلأَوَّلَ، فَإِذَا جَلَسَ اْلإِمَامُ طَوَوا الصُّحُفَ وَجَاؤُوا يَسْتَمِعُوْنَ الذِّكْرَ.

"Bila datang hari Jum’at, maka para malaikat (berdiri) di setiap pintu masjid mencatat yang datang pertama dan berikutnya. Kemudian bila imam duduk (di atas mimbar) mereka menutup lembaran-lembaran catatan tersebut, dan hadir mendengarkan peringatan (khuthbah)." [HR Al-Bukhari, no. 30309 ; Muslim, no. 850]

Keempat : Berjalan menuju masjid dengan tenang dan perlahan (tidak terburu-buru).
Berdasarkan keumuman sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam,

إِذَا سَمِعْتُمُ اْلإِقَامَةَ فَامْشُوْا إِلَى الصَّلاَةِ وَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِيْنَةِ وَالْوَقَارِ.

"Jika kalian mendengar iqamat, maka berjalanlah menuju shalat dengan tenang dan perlahan-lahan (tidak terburu-buru." [13]

Kelima : Menunaikan shalat tahiyyatul masjid ketika masuk masjid sebelum duduk, meskipun imam sedang berkhuthbah.

Berdasarkan keumuman sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam,

إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ الْمَسْجِدَ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ.

"Jika seorang dari kalian masuk masjid, maka shalatlah dua raka’at sebelum ia duduk." [HR Al-Bukhari, no.433 ; Muslim, no. 714]

إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَاْلإِمَامُ يَخْطُبُ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ وَلْيَتَجَوَّزْ فِيْهِمَا.

"Jika seorang dari kalian datang (untuk) pada hari Jum’at sementara imam sedang berkhuthbah, maka shalatlh dua raka’at, dan ringankanlah shalatnya tersebut."[HR Al-Bukhari, no. 1113 ; Muslim, no. 875, dan ini lafadznya]

Keenam : Mendekati imam untuk mendengarkan khutbahnya.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

احْضُرُوا الذِّكْرَ وَادْنُوْا مِنَ اْلإِمَامِ فَإِنَّ الرَّجُلَ لاَ يَزَالُ يَتَبَاعَدُ حَتَّى يُؤَخَّرُ فِي الْجَنَّةِ وَإِنْ دَخَلَهَا.

"Hadirilah khutbah dan mendekatlah kepada imam (khatib), karena seseorang yang terus menjauh (dari imam), sehingga dia akan diakhirkan (masuk) ke dalam surga meskipun ia (akan) memasukinya." [14]

Dan ketika imam sedang berkhutbah, hendaknya seseorang mendengar dengan seksama, tidak berbicara dengan yang lain atau disibukkan dengan selain mendengar khutbah. Sebagaimana disabdakan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam,

إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ أَنْصِتْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَاْلإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ.

"Jika kamu berkata kepada temanmu “diam” ketika imam berkhutbah, maka kamu telah berbuat sia-sia (yakni rusak pahala Jum’atnya)." [HR Al-Bukhari, no. 892 ; Muslim, no. 851]

Ketujuh. Memperbanyak shalawat dan salam atas Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam..
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ –إلى قوله- فَأَكْثِرُوْا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيْهِ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوْضَةٌ عَلَيَّ؛ قَالَ: قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلاَتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرِمْتَ –يَقُوْلُوْنَ: بَلَيْتَ؛ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَى اْلأَرْضِ أَجْسَادَ اْلأَنْبِيَاءِ.

“Sesungguhnya seutama-utama hari kalian adalah hari Jum’at” -sampai sabdanya- “Maka perbanyaklah shalawat atasku pada hari ini, karena shalawat kalian akan disampaikan kepadaku.” (Perawi) berkata, (Para sahabat) bertanya,”Wahai, Rasulullah. Bagaimana shalawat kami akan disampaikan kepadamu, padahal engkau telah menjadi tanah?” Rasulullah menjawab,”Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi (memakan) jasad para nabi.”[15]

Kedelapan : Membaca Surat Al Kahfi.

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ.

"Barangsiapa membaca surat Al Kahfi pada hari Jum’at, maka ia akan disinari oleh cahaya diantara dua Jum’at" [16]

Kesembilan : Memperbanyak do’a dengan mengharap saat-saat terkabulnya do’a, terutama pada akhir siang hari Jum’at setelah Ashar.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda sebagaimana dalam hadits yang telah lalu,

يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لاَ يُوْجَدُ فِيْهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ شَيْئاً إِلاَّ آتَاهُ إِيَّاهُ، فَالْتَمِسُوْهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ.

"(Siang) hari Jum’at itu dua belas jam. Tidaklah didapati seorang hamba muslim pada jam-jam ini meminta sesuatu kepada Allah, melainkan Allah akan memberinya. Maka carilah pada akahir saat-saat tersebut setelah Ashar."

Demikianlah ulasan yang bisa kami sampaikan seputar hari Jum’at. Mudah-mudahan menggugah kita untuk lebih menghormati dan mengagungkan hari ini dengan berbagai amalan yang disyari’atkan. Wallahu a’lam

Selasa, 01 Mei 2012

Hikmah Kegagalan

Hikmah KegagalanHikmah Kegagalan
Tuhan, apa Engkau mencoba mengatakan sesuatu kepadaku?
Karena...
Kegagalan bukan berarti aku orang yang gagal
Tapi berarti aku belumlah sukses
Kegagalan bukan berarti aku tidak mencapai apa pun
Tapi berarti aku telah belajar sesuatu
Kegagalan bukan berarti aku orang yang bodoh
Tapi berarti aku memiliki cukup iman untuk diuji
Kegagalan bukan berarti aku orang yang memalukan
Tapi berarti aku telah berani untuk mencoba
Kegagalan bukan berarti aku tidak memilikinya
Tapi berarti aku memiliki sesuatu untuk dilakukan dengan cara yang berbeda
Kegagalan bukan berarti aku lebih rendah dari yang lain
Tapi berarti aku tidaklah sempurna
Kegagalan bukan berarti aku telah menyia-nyiakan hidupku
Tapi berarti aku memiliki alasan untuk memulai lagi
Kegagalan bukan berarti aku harus menyerah
Tapi berarti aku harus berusaha lebih keras lagi
Kegagalan bukan berarti aku tidak akan pernah berhasil
Tapi berarti aku butuh lebih banyak berlatih
Kegagalan bukan berarti Engkau telah meninggalkan aku
Tapi berarti Engkau pasti memiliki rencana yang lebih baik bagiku

Ketahuilah OlehMU

Ketahuilah OlehMU



kekuatan yg aku dpt dari kata2 ni..

Jika kau merasa lelah dan tak berdaya dari usaha yang sepertinya sia-sia..
Allah SWT tahu betapa keras engkau sudah berusaha.
Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih...
Allah SWT sudah menghitung airmatamu.

Jika kau fikir bahawa hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu serasa berlalu begitu saja...
Allah SWT sedang menunggu bersama denganmu.
Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu terlalu sibuk untuk menelefon...
Allah SWT selalu berada disampingmu.
Ketika kau fikir bahawa kau sudah mencuba segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi...
Allah SWT punya jawapannya.

Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan kau merasa tertekan...
Allah SWT dapat menenangkanmu.
Jika tiba-tiba kau dapat melihat jejak-jejak harapan...Allah SWT sedang berbisik kepadamu.

Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan kau merasa ingin mengucap syukur...
Allah SWT telah memberkatimu.
Ketika sesuatu yang indah terjadi dan kau dipenuhi ketakjuban...
Allah SWT telah tersenyum padamu.

Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi...
Allah SWT sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu.
Ingat bahawa di manapun kau atau ke manapun kau menghadap...
Allah SWT TAHU .........seuntai kata

baitii..jannati..


Bismillahirrahmanirrahiim
Senyum cerah ceria..meski badan capeknya setengah hidup,,
Kenapa?
Alhamdulillah, nyampe rumah...
KEJUTAN!!!
Wah..subhanallah...gerbang rumah dicat hijau ,, he he klau begini terasa benar baiti jannati...ya iyalah secara hijau kan warna surga.
Meski cat fasade rumah memang hijau muda dengan warna orange di atap dan dak beton teras sebagai pembeda mana entrance dan peneduh rumah. Senangnya..
Lama akuh nda injak kaki di rumah, kangen betul rasanya..
Ya, tapi ada yang membuatku benar-benar merasa rumah ini seperti taman bermain anak-anak karena cat dinding dalam rumah yang beraneka. Ada sisi yang diberi warna biru, orange, ungu, apalagi kamarkuh..huaa...tetep orange. Yah nda apa, itu juga tanda sayang ibuk ama akuh,, hatur nuhun ibuk,,
Jadi pengen dendangkan nasyid Tazakka yang berjudul “Rumahku Surgaku”...[Padahal sebelumnya lagi dengerin muratal Hasan bin Abdullah ama Ahmad Saud, ck ck ck]
Sedamai alam raya menghijau luas membentang
Seindah lukisan Tuhan
Dan tak pernah lelah memuji keagunganNya
Itulah kerinduan dambaan setiap insan
Menginginkan hidup damai tentram dan harmoni
Ayah, ibu kami anakmu
Belahan jiwamu
Kami permata hidupmu
Sebagai cahaya mata
Maghligai rumah tangga bahagia lahir dari jiwa
Tak lepas ujian dan cobaan Tuhan
Ia akan terpancar karena taat dan sifat taqwa
Rasa kasih dan sayang juga tanggung jawab
Itulah rumah tangga yang mendapat rahmat dan berkah Allah
Rumahku Surgaku... Rumahku Surgaku... Rumahku Surgaku...
Allah, terima kasih atas segala nikmat yang Kau beri
Terlalu banyak ya Rabb, aku tak bisa menghitungnya
Keluarga yang hanif, tempat tinggal yang nyaman dan aman, harta yang halal, insya Allah
Matur nuwun Gusti Allah,
Jangan biarkan kami lalai akan syukur padaMu ya Rabb..amin

Waktu


Wahai orang yang tidur malam
Yang bergembira dalam permulaan tidurnya.
Bahwa peristiwa-peristiwa akan dating menghantamnya
Pada waktu akhir malam.

Abad-abad yang silam
Yang penuh dengan kenikmatan.
Telah dirusak dibinasakan
Oleh silih bergantinya siang dan malam.

Berapa banyak pergantian waktu
Telah memisahkan harta dari pemiliknya.
Pada waktu itu
Baik yang memberi manfaat maupun yang membahayakan dirinya.

Wahai orang yang merangkul dunia
Yang tiada kekal baginya.
Sore dan pagi dalam dunianya
Yang selalu dalam perjalanannya.

Mengapa tidak engkau tinggalkan saja
Bergelimang dengan dunia itu.
Sehingga engkau akan berpelukan
Dalam surga Firdaus dengan bidadari-bidadari ayu?

Jika engkau menginginkan
Menempati surge nan abadi,
Seharusnya engkau jaga dirimu
Dari siksa neraka nanti.

Syair-syair Kala Mendekati Ajal

Rindunya hati orang-orang yang arif
berdzikir kepada Tuhan,
dan sebutan mereka waktu bermunajat
dalam kerahasiaan.

Piala-piala (diedarkan)
untuk menyambut kematian mereka,
lalu dipalingkanlah mereka dari dunia
seperti berpalingnya orang yang mabuk.

Keinginan mereka berjalan keliling
di kompi-kompi perkemahan,
karena disitu ada pecinta Allah
seperti bintang-bintang yang bercahaya.

Jasad mereka ada di bumi
Terbunuh karena cinta kepada Allah,
Tapi ruh-ruh mereka di tempat yang terlindung
Menuju ke tempat yang tinggi.

Mereka tidak terus berjalan
Kecuali ke dekat kekasihnya,
Mereka naik tanpa mersakan
Kesusahan dan kesusahan.
Abu Sa’id Al-Kharraz
...
V
Ketika hatiku menjadi beku,
Sempitlah pikiranku,
Maka harapanku kujadikan tangga,
Menuju ampunanMu.

Engkau pandang besar dosaku
Tapi tatkala aku membandingkanny,
Dengan ampunanMu,
Ternyata, ampunanMu lah yang lebih besar.

Engkau selalu memaafkan dosa,
Engka selalu baik,
Engkau selalu memaafkan,
Sebagai anugerah dan kemurahan.

Kalau tidak karena Engkau
Maka tidaklah seorang abid berkeras kepada Iblis,
Bagaimana tidak! Adam yang PilihanMu,
Telah disesatkan oleh Iblis?
Asy-Syafi’i

Tanda Cinta


Jangan engkau menipu dan memperdaya
Karena orang yang cinta itu ada tanda-tandanya,
Dan ada perantra-perantaranya juga
Yang menyampaiakn hadiah-hadiah kepada kekasihnya.

Diantara tanda-tandanya ialah,
Ia rasakan nikmat akan pahitnya cobaannya,
Dan ia mersa gembira
Pada setiap apa yang dilakukannya.

Larangan daripadanya
Adalah pemberian yang harus diterimanya,
Kefakirannya
Adalah kemuliaan dan kebajkan yang disegerakan.

Diantara tanda-tandanya,
Kau lihat kekerasan kemauannya,
Akan kepatuhannya pada yang dicinta
Walaupun banyak pencelanya.

Diantara tanda-tandanya
Bila dilihat, ia tersenyum adanya,
Meski hatinya
Duka cita oleh kekasihnya.

Diantara tanda-tandanya,
Ia terlihat penuh pengertian,
Akan pembicaraan orang
Yang minta bagian padanya

Diantara tanda-tandanya,
Ia sanggup hidup dalam kesusahan,
Sanggup menjaga
Setiap apa yang ia katakana.
Abu Turab An-Nakhsyabiy

Syair Tentang Keadaan Kubur

Berhentilah di kuburan!
Dan bertanyalah di halamannya!
Siapakah diantara kamu yang akan tenggelam di dalamnya?
Dalam gelap – kelamnya?

Siapakah diantara kamu yang dimuliakan,
di dalam kuburan?
Yang telah merasakan dinginnya keamana
daripada keseraman-keseramannya.

Adapun ketenangan manusia
Hanya satu saja,
Kelebihannya tidak nyata
Dalam tingkatan-tingkatannya.

Kalau saja mereka memberikan jawaban kepadamu
Niscaya mulut-mulut mereka akan memberitahukan,
Sesudah itu dengan menjelaskan kebenaran-kebenaran
Tentang keadaan-keadaan di dalamnya.

Adapun orang yang taat
Maka di dalam taman ia bertempat,
Ia datang ke mana saja yang Allah kehendaki
Diantara pepohonan rindang di dalamnya.

Adapun yang berdosa, lagi durhaka,
Bingung di dalamnya,
Yaitu di dalam liang
Berlindung bersama ular-ular berbisa.

Kalajengking-kalajengking sama berjalan
Menuju kepadanya,
Maka ruhnya sangat tersiksa
Oleh sengatan-sengatannya.

Syair Tentang Keadaan Orang Mati Yang Diketahui Dengan Mukasyafah Dalam Tidur


Abu Hatim Ar-Razi dan Qubaishah bin Uqbah, berkata:
“Aku memimpikan Sufyan Ats-Tsauri, lalu aku bertanya:
“Apakah yang diperbuat oleh Allah kepadamu?” ia bersyair:
Aku memandang jelas sekali kepada Tuhanku
Maka ia berfirman kepdaku :
Wahai Ibnu Sa’id,
Bersenanglah dengan keridlanKu atasmu.

Karena engkau telah banyak melakukan shalat
Apabila malam telah gelap-pekat,
Dengan air mata orang yang merindukan
Dan dengan hati orang yang menyengajakan.

Pilih dan ambillah!
Maghligai mana yang engkau inginkan,
Dan berkunjunglah kepadaKu
Karena aku dekat sekali denganMu

Al-Jahidz bermimpi bertemu dengan HasanAl BAshri. Lalu Al-Jahidz bertanya kepadanya: “Apakah yang diperbuat Allah dengan engkau?” Ia bersyair:
Tidak ada seorang penulispun
Melainkan pasti ia akan binasa,
Sedang masa akan mengabadikan
Apa yang ditulis oleh kedua tangannya.

Maka, janganlah engkau tulis dengan tanganmu
Kecuali sesuatu yang akan membahagiakanmu,
Nanti bisa engkau lihat
Pada hari kiamat.